Shogun 将軍 Shōgun adalah istilah bahasa Jepang yang berarti Jenderal. Dalam konteks
sejarah Jepang, bila disebut pejabat shogun maka yang dimaksudkan
adalah Sei-i Taishōgun yang berarti Panglima Tertinggi Pasukan Ekspedisi
melawan Orang Biadab (istilah "Taishōgun" berarti panglima angkatan
bersenjata). Sei-i Taishōgun merupakan salah satu jabatan jenderal yang
dibuat di luar sistem Taihō Ritsuryō. Jabatan Sei-i Taishōgun dihapus
sejak Restorasi Meiji. Walaupun demikian, dalam bahasa Jepang, istilah
shōgun yang berarti jenderal dalam kemiliteran tetap digunakan hingga
sekarang.
Zaman Nara dan zaman Heian
Kata "Sei-i" dalam Sei-i Taishōgun berarti penaklukan suku Emishi
yang tinggal di wilayah timur Jepang. Suku Emishi dinyatakan sebagai
orang barbar oleh orang Jepang zaman dulu. Sei-i Taishōgun memimpin
pasukan penyerang dari arah pesisir Samudra Pasifik, dan di bawah komandonya terdapat Seiteki Taishōgun yang memimpin pasukan penyerang dari arah pesisir Laut Jepang. Selain itu dikenal Seisei Taishōgun yang memimpin pasukan penakluk wilayah Kyushu di bagian barat Jepang.
Dalam perkembangannya, istilah "Sei-i" (penaklukan suku Emishi) diganti pada zaman Hōki menjadi "Sei-tō" (penaklukan wilayah Timur). Namun istilah "penaklukan suku Emishi" (Sei-i) kembali digunakan sejak tahun . Istilah "Sei-i Shōgun" (jenderal penaklukan suku Emishi) mulai dipakai dalam dokumen resmi sejak tahun (Yōrō
tahun 4 bulan 9 hari 29) ketika Tajihi Agatamori diangkat sebagai Sei-i
Shōgun. Istilah "Sei-tō Shōgun" (jenderal penaklukan wilayah timur)
mulai dipakai sejak tahunseperti catatan sejarah yang ditulis Ki no Kosami (730-797) yang ikut serta dalam ekspedisi ke wilayah timur.
Pada tahun, Ōtomo no Otomaro
ditugaskan sebagai Sei-tō Taishi (Duta Besar Penaklukan Wilayah Timur).
Dua tahun kemudian, nama jabatan tersebut diganti menjadi Sei-i Shi 征夷 , Duta Penaklukan Wilayah Timur), atau bisa juga disebut Sei-i Shōgun (Jenderal Penaklukan Wilayah Timur).
Sakanoue no Tamuramaro diangkat sebagai Sei-i Taishōgun pada tahun setelah sebelumnya menjabat Wakil Duta Penaklukan Wilayah Timur
sekaligus Wakil Duta Penaklukan Suku Emishi di bawah komando Ōtomo no
Otomaro. Pemimpin Emishi bernama Aterei
yang bertempur pantang menyerah akhirnya berhasil ditangkap oleh
Tamuramaro dan dibawa ke ibu kota, sedangkan selebihnya berhasil
ditaklukkan. Pada praktiknya, Sakanoue no Tamuramaro adalah Sei-i
Taishōgun yang pertama atas jasanya menaklukkan suku Emishi.
Selanjutnya dalam rangka peperangan melawan Emishi, Funya no Watamaro diangkat sebagai Sei-i Shogun (Jenderal Penaklukan Suku Emishi) pada tahun. Perang dinyatakan berakhir pada tahun yang sama, dan wakil shogun bernama Mononobe no Taritsugu naik pangkat sebagai Chinju Shōgun. Istilah "chinjufu" berarti pangkalan militer yang terletak di Provinsi Mutsu. Setelah itu, jabatan Sei-i Shōgun kembali dipulihkan sejak tahun
Zaman Kamakura
Minamoto no Yoritomo memulai karier militer sebagai Tōryō (kepala klan Minamoto) di wilayah Kanto. Jabatan kepala klan bukan merupakan jabatan resmi di bawah sistem hukum Ritsuryō, dan kedudukan Yoritomo tidak jauh berbeda dengan Taira no Masakado atau pemimpin pemberontak lain di daerah.
Pada tahun 1190, Yoritomo diangkat sebagai jenderal pengawal kaisar (Ukone no Taishō)
yang merupakan posisi resmi dalam pemerintahan. Jabatan sebagai
jenderal pengawal kaisar mengharuskannya tinggal di ibu kota Kyoto.
Jabatan ini tidak sesuai bagi Yoritomo yang berambisi menguasai secara
total wilayah Kanto.
Yoritomo mengundurkan diri dari jabatan jenderal pengawal kaisar, namun
tetap mempertahankan hak istimewa sebagai mantan jenderal tertinggi
(Sakino-u Taishō).
Setelah mantan Kaisar Go-Shirakawa mangkat, Minamoto Yoritomo diangkat sebagai Sei-i Taishōgun pada tanggal 21 Agustus 1192. Pemerintahan militer yang didirikan Yoritomo di Kamakura dikenal sebagai Keshogunan Kamakura.
Zaman Tokugawa
Keshogunan Tokugawa (1603—1868) atau Keshogunan Edo (Edo bakufu) adalah
pemerintahan diktator militer feodalisme di Jepang yang didirikan oleh
Tokugawa Ieyasu dan secara turun temurun dipimpin oleh shogun keluarga
Tokugawa. Dalam periode historis Jepang, masa pemerintahan Keshogunan
Tokugawa disebut zaman Edo, karena ibu kota terletak di Edo yang
sekarang disebut Tokyo. Keshogunan Tokugawa memerintah dari Istana Edo
hingga Restorasi Meiji.
Keshogunan Tokugawa adalah pemerintahan diktator militer ketiga dan terakhir di Jepang setelah Keshogunan Kamakura dan Keshogunan Muromachi. Keshogunan Tokugawa dimulai pada tanggal 24 Maret 1603 dengan pengangkatan Tokugawa Ieyasu sebagai Sei-i Taishōgun dan berakhir ketika Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan ke tangan kaisar (Taisei Hōkan) pada 9 November 1867.
Pemerintahan keshogunan Tokugawa selama 264 tahun disebut sebagai zaman Edo atau zaman Tokugawa. Periode terakhir Keshogunan Tokugawa yang diwarnai dengan maraknya gerakan untuk menggulingkan keshogunan Tokugawa dikenal dengan sebutan Bakumatsu.
Oda Nobunaga dan penerusnya Toyotomi Hideyoshi merupakan pemimpin Jepang di zaman Azuchi Momoyama yang berhasil mendirikan pemerintah pusat setelah berhasil mempersatukan provinsi-provinsi di zaman Sengoku. Setelah Pertempuran Sekigahara di tahun 1600, kekuasaan pemerintah pusat direbut oleh Tokugawa Ieyasu yang menyelesaikan proses pengambilalihan kekuasaan dan mendapat gelar Sei-i Taishōgun di tahun 1603. Tokugawa Ieyasu sebetulnya tidak memenuhi syarat sebagai shogun karena bukan keturunan klan Minamoto. Agar syarat utama menjadi shogun terpenuhi, Ieyasu memalsukan garis keturunannya menjadi keturunan klan Minamoto agar bisa diangkat menjadi shogun. Keturunan Ieyasu secara turun-temurun menjadi shogun dan kepala pemerintahan sampai terjadinya Restorasi Meiji.
Di masa Keshogunan Tokugawa, rakyat Jepang dibagi-bagi menurut sistem kelas berdasarkan pembagian kelas yang diciptakan Toyotomi Hideyoshi. Kelas samurai berada di hirarki paling atas, diikuti petani, pengrajin dan pedagang. Pemberontakan sering terjadi akibat pembagian sistem kelas yang kaku dan tidak memungkinkan orang untuk berpindah kelas. Pajak yang dikenakan terhadap petani selalu berjumlah tetap dengan tidak memperhitungkan inflasi. Samurai yang menguasai tanah harus menanggung akibatnya, karena jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan semakin hari nilainya semakin berkurang. Perselisihan soal pajak sering menyulut pertikaian antara petani kaya dan kalangan samurai yang terhormat tapi kurang makmur. Pertikaian sering memicu kerusuhan lokal hingga pemberontakan berskala besar yang umumnya dapat segera dipadamkan. Kelompok anti keshogunan Tokugawa justru semakin bertambah kuat setelah keshogunan Tokugawa mengambil kebijakan untuk bersekutu dengan kekuatan asing.
Setelah kalah dalam Perang Boshin yang berpuncak pada Restorasi Meiji, keshogunan Tokugawa berhasil ditumbangkan persekutuan kaisar dengan sejumlah daimyo yang berpengaruh. Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir setelah shogun Tokugawa ke-15 yang bernama Tokugawa Yoshinobu mundur dan kekuasaan dikembalikan ke tangan kaisar.
Keshogunan Tokugawa menjalankan pemerintah pusat dari Edo, sedangkan penguasa sah Jepang dipegang kaisar Jepang yang berkedudukan di Kyoto. Kebijakan pemerintahan dikeluarkan istana kaisar di Kyoto dan diteruskan kepada klan Tokugawa. Sistem ini berlangsung sampai kekuasaan pemerintah dikembalikan kepada kaisar di zaman Restorasi Meiji.
Keshogunan Tokugawa menugaskan perwakilan tetap di Kyoto yang disebut Kyōto Shoshidai untuk berhubungan dengan kaisar, keluarga kaisar dan kalangan bangsawan. Namun pada kenyataannya Shogun Tokugawa tetap yang menguasai pemerintahan Jepang.
Keshogunan Tokugawa adalah pemerintahan diktator militer ketiga dan terakhir di Jepang setelah Keshogunan Kamakura dan Keshogunan Muromachi. Keshogunan Tokugawa dimulai pada tanggal 24 Maret 1603 dengan pengangkatan Tokugawa Ieyasu sebagai Sei-i Taishōgun dan berakhir ketika Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan ke tangan kaisar (Taisei Hōkan) pada 9 November 1867.
Pemerintahan keshogunan Tokugawa selama 264 tahun disebut sebagai zaman Edo atau zaman Tokugawa. Periode terakhir Keshogunan Tokugawa yang diwarnai dengan maraknya gerakan untuk menggulingkan keshogunan Tokugawa dikenal dengan sebutan Bakumatsu.
Oda Nobunaga dan penerusnya Toyotomi Hideyoshi merupakan pemimpin Jepang di zaman Azuchi Momoyama yang berhasil mendirikan pemerintah pusat setelah berhasil mempersatukan provinsi-provinsi di zaman Sengoku. Setelah Pertempuran Sekigahara di tahun 1600, kekuasaan pemerintah pusat direbut oleh Tokugawa Ieyasu yang menyelesaikan proses pengambilalihan kekuasaan dan mendapat gelar Sei-i Taishōgun di tahun 1603. Tokugawa Ieyasu sebetulnya tidak memenuhi syarat sebagai shogun karena bukan keturunan klan Minamoto. Agar syarat utama menjadi shogun terpenuhi, Ieyasu memalsukan garis keturunannya menjadi keturunan klan Minamoto agar bisa diangkat menjadi shogun. Keturunan Ieyasu secara turun-temurun menjadi shogun dan kepala pemerintahan sampai terjadinya Restorasi Meiji.
Di masa Keshogunan Tokugawa, rakyat Jepang dibagi-bagi menurut sistem kelas berdasarkan pembagian kelas yang diciptakan Toyotomi Hideyoshi. Kelas samurai berada di hirarki paling atas, diikuti petani, pengrajin dan pedagang. Pemberontakan sering terjadi akibat pembagian sistem kelas yang kaku dan tidak memungkinkan orang untuk berpindah kelas. Pajak yang dikenakan terhadap petani selalu berjumlah tetap dengan tidak memperhitungkan inflasi. Samurai yang menguasai tanah harus menanggung akibatnya, karena jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan semakin hari nilainya semakin berkurang. Perselisihan soal pajak sering menyulut pertikaian antara petani kaya dan kalangan samurai yang terhormat tapi kurang makmur. Pertikaian sering memicu kerusuhan lokal hingga pemberontakan berskala besar yang umumnya dapat segera dipadamkan. Kelompok anti keshogunan Tokugawa justru semakin bertambah kuat setelah keshogunan Tokugawa mengambil kebijakan untuk bersekutu dengan kekuatan asing.
Setelah kalah dalam Perang Boshin yang berpuncak pada Restorasi Meiji, keshogunan Tokugawa berhasil ditumbangkan persekutuan kaisar dengan sejumlah daimyo yang berpengaruh. Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir setelah shogun Tokugawa ke-15 yang bernama Tokugawa Yoshinobu mundur dan kekuasaan dikembalikan ke tangan kaisar.
Keshogunan Tokugawa menjalankan pemerintah pusat dari Edo, sedangkan penguasa sah Jepang dipegang kaisar Jepang yang berkedudukan di Kyoto. Kebijakan pemerintahan dikeluarkan istana kaisar di Kyoto dan diteruskan kepada klan Tokugawa. Sistem ini berlangsung sampai kekuasaan pemerintah dikembalikan kepada kaisar di zaman Restorasi Meiji.
Keshogunan Tokugawa menugaskan perwakilan tetap di Kyoto yang disebut Kyōto Shoshidai untuk berhubungan dengan kaisar, keluarga kaisar dan kalangan bangsawan. Namun pada kenyataannya Shogun Tokugawa tetap yang menguasai pemerintahan Jepang.
Daftar Shogun Era Tokugawa
1. Tokugawa Ieyasu (1543–1616), berkuasa: 1603–1605
2. Tokugawa Hidetada (1579–1632), berkuasa: 1605–1623
3. Tokugawa Iemitsu (1604–1651), berkuasa: 1623–1651
4. Tokugawa Ietsuna (1641–1680), berkuasa: 1651–1680
5. Tokugawa Tsunayoshi (1646–1709), berkuasa: 1680–1709
6. Tokugawa Ienobu (1662–1712), berkuasa: 1709–1712
7. Tokugawa Ietsugu (1709–1716), berkuasa: 1713–1716
8. Tokugawa Yoshimune (1684–1751), berkuasa: 1716–1745
9. Tokugawa Ieshige (1711–1761), berkuasa: 1745–1760
10. Tokugawa Ieharu (1737–1786), berkuasa: 1760–1786
11. Tokugawa Ienari (1773–1841), berkuasa: 1787–1837
12. Tokugawa Ieyoshi (1793–1853), berkuasa: 1837–1853
13. Tokugawa Iesada (1824–1858), berkuasa: 1853–1858
14. Tokugawa Iemochi (1846–1866), berkuasa: 1858–1866
15. Tokugawa Yoshinobu (Keiki) (1837–1913), berkuasa: 1867–1868
Para samurai klan Chosyu, selama perang Boshin
Bakumatsu adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang yang merujuk kepada tahun-tahun terakhir zaman Edo menjelang runtuhnya Keshogunan Tokugawa. Periode ini dimulai dari peristiwa Kedatangan Kapal Hitam (1853) hingga Perang Boshin (1869). Dalam periode Bakumatsu terjadi peristiwa bersejarah berakhirnya kebijakan isolasi yang disebut sakoku dan masa transisi dari pemerintahan feodal Keshogunan Tokugawa ke Pemerintah Meiji.
Walaupun tidak ada definisi yang pasti, awal periode Bakumatsu atau akhir Keshogunan Tokugawa biasanya merujuk kepada tahun kedatangan Kapal Hitam Angkatan Laut Amerika Serikat yang dipimpin Komodor Matthew C. Perry (1853) hingga keshogunan kehilangan kendali atas Jepang, dan shogun Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan kepada kaisar pada tahun 1867. Pada tahun berikutnya (1868), Kaisar Meiji naik tahta dan memulai era modernisasi yang disebut zaman Meiji.
Secara garis besar ada dua faksi besar, faksi nasionalis yang pro-kekaisaran dan faksi keshogunan yang didukung kelompok samurai elit Shinsengumi. Walaupun demikian, masih ada faksi lain juga memanfaatkan tahun-tahun terakhir Keshogunan Tokugawa untuk mencari keuntungan politik. Dua kekuatan besar yang mendorong runtuhnya Keshogunan Tokugawa adalah kalangan tozama daimyo yang tidak puas dengan Keshogunan Tokugawa dan sentimen anti-Barat yang muncul setelah kedatangan Komodor Perry. Kalangan tozama daimyo tersisih dari kekuasaan pemerintahan setelah dikalahkan dalam Pertempuran Sekigahara tahun 1600. Sentimen anti-Barat diungkap dalam slogan politik "Sonnō jōi" ("dukung kaisar, usir orang barbar"). Titik akhir Bakumatsu adalah Perang Boshin dan Pertempuran Toba-Fushimi yang berakhir dengan kekalahan pasukan pendukung keshogunan.
No comments:
Post a Comment