Widyanti Juliar (32 tahun) salah seorang calon perawat angkatan 2008 yang pulang ke Indonesia karena gagal dalam ujian nasional program Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) tahun lalu, kembali ke Jepang demi mewujudkan mimpinya setelah dinyatakan lulus Februari silam.
Meski sempat dilarang kembali ke
Jepang oleh orang tuanya karena bencana gempa dan tsunami yang menimpa
Jepang awal tahun 2011 silam, namun demi mewujudkan cita-citanya menjadi
perawat di Jepang, Widiyanti tidak menyerah dan sekali lagi mencoba
ikut ujian tahun ini.
Ujian nasional tahun ini menjadi hal yang penting bagi calon perawat angkatan pertama yang datang tahun 2008, karena menjadi ujian terakhir sebagai calon perawat. Jika lulus, mereka dapat melanjutkan kerja di Jepang, namun jika gagal, mereka tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk bekerja sebagai perawat di sana.
Dengan motivasi yang kuat, membuat
Widyanti sekali lagi lulus sehingga dapat kembali ke Jepang, dan bulan
Desember mendatang akan mulai bekerja sebagai perawat di Nagoya Kyoritsu
Hospital, Prefektur Aichi.
Widyanti merupakan salah seorang
calon perawat angkatan pertama yang datang ke Jepang tahun 2008 dan
sempat bekerja di Seirei Hospital, Kota Nagoya, Prefektur Aichi.
“Pertama kali ke Jepang, saya tidak dapat bericara Bahasa Jepang sama
sekali, namun saya dikelilingi orang-orang yang baik, yang membantu saat
kesulitan. Setelah menjadi perawat yang cukup berpengalaman di Jepang,
saya akan kembali ke Indonesia”, ujarnya.
Sementara, Otani Hideaki, Manager
Public Relations Group Management Strategy Division AOTS mengungkapkan,
“Awalnya kami merasa segan menerima pekerja dari luar negeri, namun
melihat perjuangan keras para calon perawat Indonesia selama ini,
gambaran Indonesia di mata Jepang jadi terangkat.”
Namun, menurut data Kementrian
Tenaga Kerja, dari 104 orang calon perawat angkatan pertama yang datang
ke Jepang pada tahun 2008, 27 orang memutuskan untuk tetap tinggal di
Jepang, dan 63 orang memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Dari 63 orang
yang pulang ke Indonesia, hanya 4 orang yang kembali lagi ke Jepang
untuk mengikuti ujian.
Selain itu, dari 100 orang yang
kembali ke Indonesia setelah mengikuti ujian tahun 2009, hanya 10 orang
yang mendaftar untuk mengikuti ujian tahun depan.
Melihat penurunan jumlah calon
perawat ini, baik pihak Jepang maupun Indonesia mulai mempertimbangkan
perubahan sistem bagi perawat yang sudah pernah ke Jepang dan ingin
kembali bekerja di sana, seperti memperpanjang masa tinggal para calon
perawat yang gagal lulus ujian serta penggunaan furigana (cara baca
huruf kanji dengan hiragana) dalam ujian. Halo Jepang
No comments:
Post a Comment