Budaya dan seni lokal semakin
dikenal masyarakat Jepang melalui sejumlah acara dan festival yang turut
dimeriahkan wakil-wakil Indonesia, bahkan mendapat tanggapan positif.
Tidak sedikit seniman dan wakil
Indonesia bertandang ke negeri Sakura untuk memperkenalkan kebudayaan
serta kreatifitas mereka, sekaligus meninggalkan kesan positif yang
nantinya menjadi benang merah guna mempererat hubungan Indonesia dan
Jepang melalui seni budaya, mulai dari musik, tarian, film, bahkan seni
hiburan.
Oktober silam, sejumlah karya
seniman Indonesia ditampilkan dalam festival dan acara Internasional di
Jepang, yang tidak hanya dihadiri masayarakat lokal, namun juga
mancanegara, seperti Tokyo International Film Festival (TIFF), World
Police Concert, dan Worldwide Eisa Festival di Okinawa.
Dengan memfokuskan pada perfilman
Indonesia, tahun ini TIFF menayangkan 7 film serta mengundang 3
sutradara terkenal, yakni Riri Riza, Garin Nugroho, dan Edwin dalam
rangkaian “Indonesian Express”, 20 hingga 28 Oktober.
Riri Riza menyatakan, saat sesi
tanya jawab, sejumlah orang yang hadir mengaku baru pertama kali
menonton film Indonesia, dan berterima kasih karena mendapat banyak
informasi dan pengetahuan mengenai Indonesia melalui karya-karya itu.
Sebelumnya 27 Oktober silam, “The
Raid”, film laga garapan Gareth Huw Evans (produser film Merantau),
ditayangkan di sejumlah bioskop di Jepang. Pada pemutaran pertama “The
Raid” di Studio Kadokawa milik Kadokawa Pictures, tidak sedikit media
dan kritikus yang datang menyaksikan.
Takeo Kadera, General Manager
Kadokawa Pictures mengaku kaget serta kagum dengan banyaknya film
Indonesia yang bermutu serta memiliki standar Internasional. Dia juga
berencana membeli film-film Indonesia untuk diputar di layar lebar
Jepang. Menurutnya, padatnya pengunjung saat pemutaran pertama
memperlihatkan tingginya animo masyarakat Jepang, seperti dilansir media
lokal.
Sementara, 3 November silam di
Tokyo, digelar audisi akhir grup idola JKT48 generasi ke-2 yang juga
ditayangkan secara langsung melalui Youtube dan menyedot sekitar 30 ribu
pengunjung situs, sebagian besar berasal dari penggemar JKT48 di
Indonesia dan Jepang. Hal ini menunjukkan, mulai timbulnya ketertarikan
masyarakat Jepang terhadap seni hiburan Indonesia.
Tidak hanya seni hiburan yang mulai
mencuri perhatian Jepang, lagu serta musik tradisional juga telah
menjadi duta budaya Indonesia, melalui pertunjukkan yang ditampilkan Drum band Akademi Polisi Cendrawasih, dari Akademi Kepolisian Semarang dalam World Police Concert dan Umaku Shinka Eisa, kelompok tari Eisa, tari tradisional Okinawa asal Jakarta di Worldwide Eisa Festival.
Meski menampilkan pertunjukkan dengan cara berbeda, namun Drum
band Akademi Polisi Cendrawasih dan Umaku Shinka Eisa memperkenalkan
lagu-lagu tradisional Indonesia tidak hanya kepada masyarakat lokal,
namun juga peserta mancanegara yang hadir di 2 festival itu. Beberapa
lagu yang ditampilkan antara lain, Bengawan Solo yang juga sangat
populer di Jepang, Manuk Dadali, Bungo Jeumpa, Kopi Dangdut, Yamko Rambe
Yamko, Kutiding, dan Ondel-Ondel.
Umaku Eisa juga berhasil meraih
penghargaan kategori grup favorit juri, karena dinilai telah melahirkan
genre baru dalam tarian tradisional Eisa dengan menonjolkan ciri khas
Indonesia.
Hingga sekarang, budaya dan seni
Indonesia masih menjadi hal baru di Jepang, namun, melihat mulai
munculnya minat masyarakat terhadap Indonesia saat ini, bukan mustahil
suatu hari budaya tradisional akan diminati di Jepang. Hallojepang.com
No comments:
Post a Comment