Polisi Jepang baru-baru ini
menggunakan teknologi pencitraan diagnostik dalam pemeriksaan kasus
kematian yang mencurigakan, guna menyelidiki penyebab kematian korban.
Menurut Badan Kepolisian Nasional,
kepolisian prefektur di Jepang, memfasilitasi sistem Computerized
Tomography (CT) untuk menemukan keanehan di dalam badan korban, akibat
kematian yang belum diketahui penyebabnya. BKN Jepang juga menambahkan,
penggunaan otopsi virtual telah dilakukan sebanyak 5,065 kali pada tahun
fiskal 2011 silam, atau 10 kali dibandingkan 4 tahun silam.
Otopsi virtual membantu polisi
mendeteksi tindak kriminal atas kematian yang mencurigakan, kesamaan
cara pembunuhan atau kejahatan di kasus lain. Hal ini diharapkan dapat
digunakan dalam kepolisian Jepang, sebagai cara yang efektif guna
meningkatkan keakuratan analisa kematian.
BKN Jepang telah memberikan bantuan
dana kepada kepolisian prefektur untuk penggunaan otopsi virtual sejak
tahun fiskal 2007. Berkat itu, jumlah kasus yang dilaporkan kepada BKN,
melewati 5 ribu kasus, untuk pertama kalinya di tahun fiskal 2011,
melonjak dari 528 kasus pada tahun 2007.
Biasanya, polisi akan melakukan
tindakan otopsi legal bila dicurigai adanya hubungan antara kasus dengan
korban, serta otopsi administrasi jika tidak diketahui penyebab
kematian.
Penentuan keterkaitan korban dengan
kasus, biasanya diputuskan polisi berdasarkan hasil penyelidikan. Namun
sejak tahun 1998, telah tercatat 45 kasus, dimana polisi menyatakan
kematian korban tidak berhubungan dengan tindakan kriminal. Nyatanya,
setelah dilakukan pemeriksaan lanjut, ditemukan hubungan antara korban
dengan kejahatan, misalnya pembunuhan.
Salah satunya yakni kasus kematian
pesumo muda tahun 2007 di tempat pelatihan sumo Tokitsukaze akibat
kekerasan fisik yang sempat menjadi isu utama di Jepang, karena
kenyataanya polisi tidak melakukan otopsi dan memutuskan sebagai
kematian akibat penyakit.
Saat ini, minimnya tindakan otopsi
dikarenakan kurangnya dana dan tenaga ahli di bidang kedokteran. Tahun
lalu, otopsi hanya dilakukan pada 19 ribu korban dari 173 ribu korban,
atau sekitar 10%.
Fakultas Kedokteran Universitas
Chiba telah menemukan penyebab kematian pada 1,500 korban dengan
menggunakan metode otopsi virtual, sejak diperkenalkan tahun 2006. Dalam
salah satu hasil otopsi, ditemukan peluru kecil di dalam kepala seorang
wanita, dan berkat itu polisi berhasil menangkap pelaku pembunuhan.
Pada tahun 2008, polisi menggunakan
metode ini pada jenazah pria berusia 61 tahun yang sebelumnya tidak
diketahui penyebab kematiannya ternyata meninggal akibat pendarahan
otak. Hasil ini mengantarkan penyelidikan kepada kerabat korban yang
diduga sebagai tersangka, serta penyelidikan kematian lain disebabkan
kasus yang sama.
Sejumlah contoh kasus itu
membuktikan peranan otopsi virtual dalam membuka kebenaran kasus.
Keefektifan metode ini, memicu permintaan pengalokasian dana terhadap
penggunaan sistem otopsi virtual dari sejumlah kepolisian di prefektur
kepada pemerintah, pasalnya, jumlah kasus yang terhitung dengan
menggunakan metode otopsi virtual lebih jelas dibandingkan angka di BKN.
Namun, hingga sekarang masih belum
terdapat standar yang jelas terhadap penggunaan otopsi virtual. Dalam
sejumlah kasus, metode ini dilakukan sebelum otopsi legal atau saat
polisi tidak dapat dengan jelas menentukan keterlibatan korban terhadap
sebuah kasus. Hallo
No comments:
Post a Comment